
Kongres VI PDIP baru saja usai digelar di Bali Nusa Dua Convention Center, Sabtu (2/8). Pada momen itu Megawati selaku Ketua Umum PDIP mengumumkan struktur baru partai.
Tak hanya itu, ia juga berpidato di depan para kadernya. Ia membahas macam-macam hal, mulai dari Presiden Prabowo yang harus 'turun tangan' masalah Hasto Kristiyanto, Peristiwa Penyerangan DPP PDIP pada 27 Juli 1996 (Kudatuli), sampai Hasil Pemilu Jawa Tengah.
Berikut rangkum pidato Megawati itu:
Singgung Kasus Hasto: Masa Urusan Gini Presiden Turun Tangan
Ketua Umum PDI Perjuangan, Megawati Soekarnoputri mengaku kecewa dengan KPK yang telah menahan Hasto Kristiyanto. KPK menahan Hasto atas kasus suap pengganti antar waktu (PAW) caleg PDIP yang kini masih menjadi buron KPK, Harun Masiku.Mulanya, Megawati membahas mengenai supremasi hukum saat berikan pidato politik di Kongres VI PDIP di Bali Nusa Dua Convention Center, pada Sabtu (2/8).
“Saya maaf ya kalo saya liat KPK sekarang sedihnya bukan main. Saya lah yang membuat namanya Komisi Pemberantasan Korupsi. Coba kalo sekarang modelnya kayak begini lalu bagaimana? Coba saja pikir, kan aneh,” kata Megawati.
Hasto saat ini sudah bebas dari rutan KPK setelah mendapat amnesti dari Presiden Prabowo Subianto. Presiden ke-5 RI itu mengungkapkan, sebetulnya tak perlu kasus Hasto ini menjadi hal yang harus menyita perhatian presiden.

"Masa urusan begini saja presiden harus turun tangan? Coba pikirkan. Saya pernah jadi presiden, jadi saya tau liku-likunya. Kan lucu ya? Kenapa sih kok KPK jadi begitu?," kata Megawati.
“Pak Hasto hanya contoh soal saja. Oleh sebab itu, hei para ahli hukum, ingatlah, karena dengan dewi keadilan yang selalu dikatakan matanya tertutup dan ada namanya tempat untuk melihat berat atau tidaknya, tapi sekarang diusahakan supaya yang namanya untuk melihat keadilan itu tegak lurus,” sambungnya.
Hasto sendiri telah keluar dari rutan KPK pada Jumat (1/8) malam. Setelah bebas, ia langsung bergabung di Kongres VI PDIP itu.
Sebut Dampak Geopolitik Dunia yang Bisa Sampai ke Indonesia
Megawati juga menyoroti kondisi geopolitik dunia saat ini. Ia merasa, kondisi yang kian tak pasti, bisa berdampak ke Indonesia.
“Ketegangan geopolitik yang tak menentu dan mengancam stabilitas global bisa dampaknya lari ke mana-mana dan bisa saja ke Indonesia,” kata Megawati.
Lebih lanjut, presiden ke-5 RI itu juga mengatakan konfrontasi geopolitik serta bermunculannya blok-blok kekuatan besar juga menjadi satu persoalan serius. Ia menambahkan, belum lagi permasalahan tentang iklim.
“Ada unilateralisme dan proteksionisme kembali menguat. Unilateralisme ini beberapa negara kuat bersatu. Itu unilateralisme. Terus dia menutup, itu proteksionisme, kembali menguat. Perkembangan ekonomi global mengalami guncangan,” paparnya.
Tuntut Keadilan Peristiwa Kudatuli
Setelah hampir 30 tahun berselang, Megawati masih menuntut keadilan terkait peristiwa penyerangan DPP PDIP pada 27 Juli 1996.
Peristiwa itu menyebabkan kerusuhan, yang menurut catatan Komnas HAM ada 5 orang meninggal dunia, 149 sipil dan aparat luka-luka, serta 136 orang ditahan.

“Sampai hari ini saya berpikir hukum itu ada di mana? Karena ketika di pengadilan saya selalu mengatakan bahwa saya hanya ingin jawaban dari pertanyaan saya, partai saya, pada waktu itu belum PDI Perjuangan (masih) PDI, itu sah,” kata Megawati.
Megawati mengingat, ada 3 orang yang pada Sabtu kelabu itu dinyatakan hilang dan hingga kini belum ditemukan.
“Sampai hari ini kalau saya bertanya buat keadilan masih ada 3 orang yang pada waktu itu dinyatakan hilang dan sampai hari ini kalau saya bertanya, bertanya, selalu dinyatakan belum bisa diketahui,” lanjutnya.
Megawati: Kita Tak Kenal Istilah Oposisi, Demokrasi Kita Bukan Blok Kekuasaan
Megawati juga berbicara soal oposisi. Menurutnya, dalam sistem presidensial yang dianut Indonesia tak ada istilah oposisi dan koalisi.
Megawati menyebut, demokrasi di Indonesia bukan demokrasi blok kekuasaan.
"Dalam ruang demokrasi kita, ini saya ulangi untuk diingat, dalam sistem presidensial seperti yang kita anut tidak, tidak, tidak dikenal istilah oposisi dan koalisi. Demokrasi kita bukan demokrasi blok-blok-an kekuasaan, melainkan demokrasi yang bertumpu pada kedaulatan rakyat dan konstitusi itu paling tinggi, lho, jangan kalian ubah-ubah," kata Megawati.
Atas dasar itu, Megawati menyatakan PDIP tidak memposisikan diri sebagai oposisi maupun tidak membangun koalisi semata-mata demi kekuasaan. Sebab, PDIP adalah partai yang berdiri di atas kebenaran dan merupakan partai penyeimbang.
"Kita adalah partai ideologis yang berdiri di atas kebenaran, berpihak pada rakyat sebagai partai penyeimbang demi menjaga arah pembangunan nasional tetap berada pada rekonstitusi dan kepentingan rakyat banyak," tuturnya.
Megawati Ungkap Pesan Mendiang Paus Fransiskus: Bangun Sekolah Untuk Anak Miskin
Ia juga membagikan cerita mendapat 'tugas khusus' dari mendiang Paus Fransiskus.
Pesan itu disampaikan Paus Fransiskus saat kunjungan terakhir Mega ke Vatikan pada Februari 2025 lalu.
Megawati mengatakan, Paus Fransiskus kala itu meminta dia untuk membangun sebuah sekolah untuk anak-anak yang kurang beruntung.
"Paus Fransiskus sebetulnya memberikan saya sebuah amanah untuk membangun sebuah sekolah bagi anak-anak cacat, bagi anak-anak miskin. Saya kirim orang-orang dan sebagainya," kata Megawati.

Meski sudah menugaskan beberapa orang untuk mewujudkan keinginan itu, namun belum terealisasi karena masalah perizinan. Mega juga tak menjelaskan lebih lanjut di mana sekolah itu akan dibangun.
"Itu pertemuan terakhir ketika beliau berikan pesan ke saya. Tapi saya belum bisa laksanakan karena menunggu izin dari Paus Leo, Paus berikutnya, apakah masih diizinkan untuk membuat yang diinginkan oleh [mendiang] Paus Fransiskus," jelas Mega.
Bicara Soal Hasil Pemilu Jateng, Tunjuk Bambang Pacul: Awas, lho, Jangan Memalukan Saya Lagi
Jawa Tengah (Jateng) selama berdekade terakhir dianggap sebagai 'Kandang Banteng'. Provinsi ini jadi lumbung suara PDIP itu.
Ia juga menyinggung 3 kemenangan beruntun PDIP di Jateng, sambil mencari Ketua DPD PDIP Jawa Tengah, Bambang Wuryanto alias Bambang Pacul.
"Tiga kali berturut menang terus. Jawa Tengah. Itu mana Jawa Tengah? Oh, di belakang," kata Megawati.

"Awas, lho, jangan memalukan saya lagi, lho. Ah, enggak usah teriak-teriak. Yang penting kerjaan. Itu adalah arahan saya," tegas Mega.
PDIP menang pemilu tiga kali berturut-turut dari pemilu 2014, pemilu 2019, dan pemilu 2024. Namun untuk pemilu 2024, PDIP 'hanya' meraih kemenangan untuk pemilu legislatif.
Sementara untuk pilpres, calon yang diusung PDIP, Ganjar Pranowo-Mahfud MD, kalah dari pasangan Prabowo Subianto-Gibran Rakabuming Raka.
Megawati: PDIP Tidak Gentar Menerjang Badai, Aduh Masak Gitu Aja Takut
Pada kesempatan ini, Megawati bercerita pengalamannya pergi ke sebuah pulau di Maluku. Di sana, sudah 10 hari masyarakat kehabisan besar.
Celakanya, tak ada yang mau membawa beras ke pulau itu sebab gelombang laut yang besar.
Lalu, sebagai ketum PDIP, ia dipanggil oleh pejabat daerah setempat. Para pejabat itu meyakini kader-kader PDIP di sana yang berani, dan mau menembus gelombang tinggi mengantar bantuan.

"Saya pada waktu itu ingat sekali lalu kebetulan saya sedang di sana, saya dipanggil kodim, saya pikir waduh kemungkinan ada apa lagi ini. ternyata di situ sudah berkumpul penggede-penggede di situ minta tolong ke saya, 'Tolong ibu kami tau anak-anak ibu itu yang punya perahu berani menantang ombak karena ombaknya besar'," ujarnya.
"Saya tanya kepada anak-anak apa kata mereka? kalau di timur saya dipanggil mama. 'Mama, saya kami bersedia', wah saya bangga. Jadi kapal yang punya kita PDI dibawa oleh anak-anak akhirnya selamat dan banyak bawa bahan makanan termasuk beras ke pulau tersebut," tambahnya.
Dengan rasa bangga di depan para kader, ia menyebut, inilah jati diri PDIP yang sesungguhnya.
"Apa artinya? itulah PDI Perjuangan. Tidak gentar menerjang badai, gelombang. Aduh masak gitu aja takut," Megawati Soekarnoputri.