Sebanyak 110 Warga Negara Indonesia atau WNI berhasil kabur dari pusat penipuan online di Kamboja pekan lalu (21/10). Selain itu, 75 lolos d...

Sebanyak 110 Warga Negara Indonesia atau WNI berhasil kabur dari pusat penipuan online di Kamboja pekan lalu (21/10). Selain itu, 75 lolos dari lokasi kejahatan yang sama di Myanmar, minggu lalu (22/10).
Kementerian Pelindungan Pekerja Migran Indonesia atau KP2MI menyebutkan, 97 dari 110 WNI di Kamboja itu lolos setelah berupaya kabur dari pusat penipuan online di Kamboja. Sedangkan 13 WNI lainnya dikeluarkan dari lokasi tempat mereka bekerja di Chrey Thum.
Sebanyak 99 dari 110 WNI itu diamankan di kantor kepolisian setempat di Kamboja. Sedangkan 11 lainnya dirawat di rumah sakit, dengan empat di antaranya berperan sebagai leader atau pemimpin dalam penipuan online.
Menteri Pelindungan Pekerja Migran Indonesia atau P2MI Mukhtarudin mengatakan, dugaan kekerasan itu sedang ditangani kepolisian Kamboja. Ia juga memastikan seluruh WNI itu dalam kondisi aman.
Pemerintah Indonesia melalui KBRI Phnom Penh dan KP2MI bekerja sama secara intensif dengan otoritas Kamboja untuk menjamin perlindungan, pendampingan hukum, serta proses pemulangan yang manusiawi dan paksa.
Berdasarkan pendataan awal, 91 WNI berasal dari Medan, Sumatera Utara; Manado, Sulawesi Utara; Pontianak, Kalimantan Barat; dan Batam. Lama tinggal di Kamboja bervariasi, antara dua bulan hingga dua tahun.
Wamen P2MI Christina Aryani mengatakan ada tren peningkatan kasus WNI yang bekerja dalam penipuan online dan judi online atau judol di Kamboja. Oleh karena itu, KP2MI mengirimkan satu tim dari Direktorat Jenderal Perlindungan untuk memotret lebih lanjut situasi di Kamboja.
Selain itu, menggandeng Pemerintah Daerah untuk mengantisipasi potensi tindak pidana perdagangan orang (TPPO).
“Kami hanya dengar dari media, media sosial, dan lainnya. Kenyataannya seperti apa? Memang, ada beberapa temuan yang disampaikan secara lisan kepada saya. Nanti, setelah lengkap laporan ini, akan diberikan kepada Menteri,” kata Wamen Christina dalam acara bincang-bincang dengan media di KP2MI, Jakarta, Kamis (23/10).
Salah satu temuan yakni adanya penerbangan Indonesia menuju Kamboja yang cukup tinggi, yakni empat sampai lima kali penerbangan dalam sepekan, dan persentase keterisian sampai 70%.
"Padahal, Kamboja bukan destinasi wisata seperti Bali. Kenapa banyak sekali orang Indonesia yang pergi ke Kamboja?" katanya.
Temuan lainnya yakni kemungkinan untuk membuat visa self-employ yang memungkinkan WNI bekerja secara mandiri dan legal di negara itu.
“Misalnya, kami pergi dan membuat visa seolah-olah self-employ. Ini sesuatu yang khusus di Kamboja. Saya belum pernah temukan di negara-negara lain. Jadi banyak isu yang perlu ditangani lebih lanjut," katanya.
Temuan lainnya yakni banyak WNI yang berulang kali datang ke Kamboja.
WNI di Pusat Penipuan Online di Myanmar
Selain Kamboja, lebih dari 300 Warga Negara Asing alias WNA, termasuk sekitar 75 WNI, berhasil melarikan diri dari kompleks KK Park, pusat penipuan online dan judol di Myanmar, pada Rabu (22/10).
Kompleks KK Park dikenal sebagai salah satu kawasan yang dikelola oleh kelompok Border Guard Force alias BGF. Kompleks ini menjadi lokasi pusat penipuan online dan judol. Kedutaan Besar Republik Indonesia atau KBRI di Yangon, Myanmar menerima konfirmasi dari KBRI Bangkok, mengenai 20 WNI yang berhasil kabur ke Thailand.
“Mereka berhasil menyeberang ke Thailand melalui Sungai Moei,” demikian pernyataan KBRI Yangon, Kamis (23/10).
KBRI Yangon, KBRI Bangkok, dan otoritas terkait di Mae Sot, Thailand masih memverifikasi identitas 20 WNI yang berhasil menyeberang ke Thailand. Mereka juga tidak memerinci nasib 55 WNI lainnya yang ikut kabur.
KBRI Yangon mengutip salah satu WNI yang berada di lokasi, yang menyebutkan bahwa kondisi warga Indonesia di kompleks KK Park bervariasi. Sebagian masih berada di dalam kawasan pusat penipuan online dan judol itu, sementara sebagian lainnya sudah keluar menuju daerah sekitar Myawaddy - Shwe Kokko untuk mencari tempat aman.
Berdasarkan laporan media lokal dan sumber lapangan, ratusan WNA itu berhasil kabur dari pusat penipuan online dan judol di kompleks KK Park, setelah militer Myanmar atau Tatmadaw bersiap melakukan penggerebekan.
KBRI Yangon terus berkoordinasi erat dengan KBRI Bangkok, serta berkomunikasi dengan otoritas setempat di Myanmar, untuk memastikan keselamatan seluruh WNI dan mengupayakan jalur kemanusiaan yang aman dan terpantau bagi proses evakuasi.
Sebelumnya penyelidikan AFP menunjukkan komplotan penipu online menjamur di perbatasan Myanmar yang dilanda perang dan tidak memiliki hukum sejak pandemi Corona yang mengakibatkan kasino-kasino tutup.
Hal itu terjadi sejak konflik di Myanmar yang melibatkan militer, kelompok pro-demokrasi, dan berbagai kelompok etnis bersenjata, mencuat. Konflik meningkat setelah kudeta pada 2021, ketika militer menggulingkan pemerintahan sipil yang terpilih secara demokratis.
Konflik bersenjata di banyak wilayah Myanmar terus meningkat, termasuk yang disebabkan oleh junta militer yang dituduh melakukan kejahatan perang dan kejahatan terhadap kemanusiaan. Kondisi kemanusiaan memburuk secara drastis, terutama pada 2025.
Myanmar merencanakan penyelenggaraan Pemilu pada Desember 2025. Presiden Prabowo Subianto menyarankan agar ASEAN dapat mengirimkan tim pengamat guna memastikan transparansi dan akuntabilitas menjelang pemilu di Myanmar.
“Situasi di Myanmar masih menjadi keprihatinan yang mendalam. Kami mencermati perkembangan terkini, termasuk rencana penyelenggaraan pemilu pada Desember 2025," kata Presiden Prabowo dalam keterangan pers, Senin (27/10).
Ia mengatakan Utusan Khusus Ketua ASEAN dapat terus melibatkan semua pemangku kepentingan terkait. “Pada waktu yang tepat, ASEAN dapat mempertimbangkan untuk mengirimkan tim pengamat (ke Myanmar) guna membantu memastikan transparansi dan akuntabilitas dalam proses demokrasi," Prabowo menambahkan.