
medkomsubang, SINGKIL - Gubernur Muzakir Manaf akan menjadikan empat pulau yang dikembalikan ke wilayah Aceh sebagai destinasi wisata. Hal tersebut melihat dari potensi pulau yang sangat indah, sehingga cocok menjadi destinasi wisata bahari.
"Kita lihat Pulau Panjang ini lebih potensi sebagai tempat wisata," kata Mualem sapaan akrab Muzakir Manaf, usai kenduri akbar atas dikembalikannya empat pulau ke Aceh, di Pulau Panjang perbatasan Aceh Singkil dengan Tapanuli Tengah, Sumatera Utara, Sabtu (28/6/2025).
Mewujudkan itu, Mualem mengajak semua pihak menjaga kemana dan ketertiban, sehingga potensi empat pulau, yakni Pulau Panjang, Pulau Lipan, Pulau Mangkir Besar dan Pulau Mangkir Kecil, dapat diperkenalkan ke dunia luar, terutama kepada investor dari Timur Tengah.
"Kita akan perkenalkan kepada orang luar, terutama sekali dari Timur Tengah," ujar Mualem di dampingi istri dan Bupati Aceh Singkil, Safriadi.
Pada bagian lain, Mualem menyebutkan bahwa empat pulau setelah dikembalikan ke Aceh, tidak boleh kosong alias harus ada penghuninya. Pemerintah sebut dia, akan membangun fasilitas yang dibutuhkan agar pulau bisa dihuni.
Sementara itu ribuan warga menghadiri kenduri akbar sebagai bentuk rasa syukur atas dikembalikannya empat pulau ke pangkuan Aceh. Massa datang menggunakan boat serta perahu nelayan. Kenduri akbar itu sendiri diisi dengan zikir dan doa, santunan kepada anak yatim serta makan bersama.
"Hadir dalam kenduri akbar ini, diperkirakan sebanyak 1.000 orang masyarakat yang datang dari berbagai pelosok Aceh Singkil," kata Ketua Panitia Pelaksana, Tahrim.
Kenduri akbar ini digagas Aliansi Gerakan Aceh Menggugat Mendagri yang bertranformasi kedalam lingkup masyarakat. Kegiatan itu mendapat dukungan penuh dari Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Aceh Singkil.
Usai kenduri akbar terikan "ini pulau kita," terdengar membahana di Pulau Panjang. Gubernur Aceh Muzakir Manaf, turut berteriak sambil mengacungkan kepalan tangan bersama massa. 'Ini pulau kita," teriak massa secara serentak.
Masalah HGU
Dalam kunjungan ke Aceh Singkil, Mualem juga melakukan kunjungan ke kediaman Yakarim Munir, tokoh masyarakat Aceh Singkil, pada Jumat (27/6/2025) malam di Desa Lae Butar, Kecamatan Gunung Meriah. Kunjungan ini merupakan bagian dari agenda Mualem turun ke lapangan untuk menyerap langsung aspirasi masyarakat.
Tiba di sana, ia disambut seratusan warga yang menanti. Warga kemudian satu per satu mengeluarkan uneg-unegnya kepada Mualem, terutama terkait persoalan Hak Guna Usaha (HGU) yang selama ini menjadi sumber ketegangan antara warga dan perusahaan perkebunan.
Dalam pertemuan tersebut, sejumlah warga mengusulkan agar dilakukan pengukuran ulang terhadap lahan HGU di sekitar perkampungan di Aceh Singkil. Selain konflik lahan dengan perusahaan, masyarakat juga menyampaikan keluhan terkait persoalan tapal batas darat antara Aceh dan Sumatra Utara yang dinilai masih kabur.
Menanggapi hal itu, Mualem menegaskan komitmennya untuk menyelesaikan masalah ini secara adil dan transparan. "Biarlah alat ukur yang akan mengatakan yang mana hak perusahaan dan yang mana hak masyarakat. Ini kita ukur ulang nanti. Bapak ibu jangan ribut-ribut, akan kita kembalikan sesuai yang punya haknya," kata Mualem di hadapan masyarakat.
Ia mengakui persoalan ini tidak sederhana dan telah berlangsung lama di Aceh Singkil. Namun, ia menyatakan sudah menyiapkan tim ahli untuk menangani persoalan tersebut secara serius. Mualem menuturkan, Pemerintah Aceh akan bertindak berdasarkan data dan hasil pengukuran resmi di lapangan. Ia meminta masyarakat untuk bersabar dan tidak terprovokasi selama proses ini berjalan.
"Memang terdengar rumit di sini. Ini PR saya. Saya sudah siap dengan pakar-pakar untuk kami tindak lanjuti keluhan Bapak Ibu," tuturnya.( de/yo s)